Sabtu, 07 Januari 2012


“PENGHARGAAN USO AWARD 2011”
KATEGORI PENGLOLA PLIK TERBAIK SELURUH INDONESIA

Alhamdulillah,,, pada hari Senin, 5 Desember 2011 bertempat di Hotel The Empire Palace , Jl Blauran No.57-75 Surabaya... Telah diterima semuah penghargaan “USO Award 2011" Kategori Pengelola Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) terbaik seluruh Indonesia, diberikan oleh Bapak Menteri Kominfo melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan pos dan lnformatika Kementerian Komunikasi dan lnformatika.. Sebuah Anugerah yang diberikan atas kerja keras bersama Khususnya Operator PLIK yang selama ini konsiten dan sabar mengelola PLIK dengan segala kekuarangan dan suka dukanya yang akhirnya membuahkan semuah penghargaan USO Award... Terima Kasih Semua, Terima kasih Allah SWT.....

Jumat, 13 Mei 2011

Beribadah & Bersyukur

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ قَدِيْمِ اْلإِحْسَانِ ذِي الْعَطَاءِ الْوَاسِعِ وَاْلاِمْتِنَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَوْلَدَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, اِلَهُ اْلاَوَّلِيْنَ وَاْلاَخِرِيْنَ, الَّذِى اَسْبَغَ عَلىَ عِبَادِهِ نِعَمَهُ وَوَسَّعَهُمْ بِرَحْمَتِهِ وَهُوَ اَرْحَمُ الرَّاحِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ وَرَسُوْلُ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمِ وَبَارِكْ عَلىَ سَيْدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ, اَمَّا بَعْدُ. فَيَااَيُّهَاالْمُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah...
Marilah dalam kesempatan yang mulia ini, kita bertekad untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan semua perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah...


Tak terasa lama sudah kita jalani hidup dimuka bumi ini. Hari demi hari, minggu demi minggu hingga tahun demi tahun dan tanpa kita sadari tinggal berapa lama lagi sisa umur yang masih kita miliki. Apakah hidup yang telah kita jalani selama ini telah berarti?, apakah hidup kita selama ini telah berjalan sesuai dengan hidup yang semestinya?
Sejenak marilah kita renungkan.....
Kita hidup sebagai manusia, maka kita adalah manusia yang hidup. Dimana hidup berarti berkehendak, bergerak, dan berbuat, adapun yang tidak demikian adanya berarti tidak hidup melainkan mati. Manusia adalah ciptaan sebagaimana ciptaan lainnya, dimana telah kita ketahui bahwasanya kalaulah ada yang di ciptakan berarti pasti ada yang menciptakan. Sebagimana adanya pisau karena adanya pandai besi, adanya nasi karena adanya petani, adanya gedung tinggi karena adanya tukang dan para pekerja dan seterusnya yang keseluruhannya adalah merupakan ciptaan sang Pencipta Dialah Allah SWT yang Maha segala-galanya. Allah ciptakan seluruh alam semesta ini untuk mengabdi kepada-Nya begitu pula kita dengan kelebihan-kelebihan yang telah diamanahkan kepada kita untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.

Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah...
Hendaklah kita pahami apa sebenarnya hakekat hidup bagi manusia, yang tak lain adalah untuk menyembah kepada Allah. Sebagaimana Firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونَ

“Tidaklah Aku ciptakan Jin dan manusia melainkan untuk mengabdi (beribadah) kepada-KU”.
(QS. Adz-Zariyat : 56)

Demikianlah perihal kehidupan kita manusia yang darinya dapat kita pahami bahwa manusia begitu dipercaya, dikedepankan, ditinggikan, dan dimuliakan Allah atas makhluk lainnya dengan segala apa yang telah dilimpahkan Allah kepada kita. Akan tetapi apakah kita telah menjadi hamba Allah yang bersyukur?, adakah kita telah mensyukuri semua nikmat dengan memanfaatkannya secara benar menurut apa yang dikehendaki oleh Allah SWT?

Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah...
Kalau kita mau memikirkan apa yang telah Allah berikan kepada kita, sesungguhnya sangat banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, sampai-sampai Allah dengan tegas menerangkan dalam Al-Qur`an Surah Ibrahim ayat 34:

وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا. إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ.
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya, sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”


Kemudian dalam surat Ar-Rahman, Allah Subhannahu wa Ta'ala mewanti-wanti kepada hambaNya dengan mengulang-ulang 31 kali peringatan bagi umat manusia dengan firmanNya:
فَبِأَىِّ ءَالاَءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّ باَنِ
Artinya: “NikmatKu manakah lagi yang kamu dustakan.”

Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah...

Marilah kita bersama-sama meluangkan waktu merenung sejenak di tengah kesibukan mencari nafkah betapa besar karunia Allah kepada diri kita, keluarga kerabat kita, bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui dengan nyata atas nikmat yang telah kita rasakan selama ini.
Sebagai hasil renungan kita atas nikmat ini tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati yang dalam, kemudian dituangkan dalam bentuk kesyukuran, dan kesyukuran ini tidaklah punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata. Melainkan kita wujudkan dalam bentuk penghambaan kita kepada Allah dengan sepenuh hati dan jiwa serta anggota tubuh kita dalam melaksanakan semua perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.


Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah...
Akhirnya marilah kita memohon kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Allah membrikan kekuatan kepada kita untuk menjalankan amanah sebagai khalifah dimuka bumi ini, dan menjadikan setiap gerak kita menjadi sebuah penghambaan kita kepada Allah, serta semoga kita menjadi hamba yang selalu bersyukur kepada Allah, semoga kita berbahagia tidak hanya di dunia tetapi lebih-lebih di akhirat kelak, Amin..Amin Ya Robbal Alamien.
اعوذبالله من الشيطان ارجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّ أَعْطَيْنَكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَا نِئَكَ هُوَاْلأَبْتَرُ.


 بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Kamis, 24 Februari 2011

UN Sepenuhnya Dibiayai Pemerintah


Kalimat di atas merupakan tema berita disalah satu koran terkemuka di Kaltim pada hari ini, sebuah kalimat yang sangat menarik dan sangat memikat hati semua pembaca, akan tetapi membuat sekolah penyelenggara UN menjadi bersedih dan bermuram durja. Mengapa tidak, karena selama ini kenyataannya biaya UN tetap membebankan kepada siswa yang mengikuti UN. Memenang telah menjadi informasi umum bahwa memang selam ini pemerintah berupaya maksimal memberikan yang terbaik untuk pendidikan sampai-sampai anggaran pendidikan pun turut mendukung dengan 20% APBN diperuntukkan untuk pendidikan di negeri ini.  Namun apa yang diusahakan pemerintah tersebut ternyata tidak berarti banyak bagi dunia pendidikan, karena antara bantuan pemerintah tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan sekolah.
Kembali ketema yang di atas, kembali pemerintah melalui Dinas pendidikan Kaltim sebegai mana yang telah dimuat di koran mengatakan bahwa Ujian Nasional Sepenuhnya Dibiayai oleh Pemerintah. Sayang koran harian tersebut tidak menyebutkan berapa biaya UN yang diberikan pemerintah persiswanya,  karena selama ini pemerintah memang memberikan bantuan akan tetapi biaya tersebut tidak dapat menutupi seluruh biaya operasional UN.
Mungkin tema tersebut di atas adalah ditujukan kepada sekolah-sekolah Negeri.... Tetapi  bagi sekolah swasta?????????,  sekolah swasta lah yang sangat merasakan perjuangan dalam menyelenggarakan UN... dengan jumlah siswa yang sedikit, harus mengeluarkan biaya operasional UN Mulai dari ;  Menyiapkan bimbingan belajar dengan biaya honor tambahan untuk guru mata pelajaran UN, menyiapkan  ATK untuk menghadapi UN, menyiapkan kepanitiaan yang akan mengurusi pelaksanaan UN dengan konsekuensi honor panitia, menyiapkan transportasi pengawas UN sekali lagi juga dengan uang trasport, menyiapkan snack sarapan pagi serta konsumsi makan siang untuk panitia dan pengawas UN, belum lagi menyiapkan snack untuk TIM monitoring yang pasti akan berkunjung dan tidak jarang juga akan ikut makan siang bersama panitia....
Perlu pula untuk diketahui, bahwa sebelum UN ada yang namanya Ujian Sekolah, yang juga sama operasionalnya dengan Ujian Nasional, tentu juga perlu biaya banyak. Dan khusus untuk Madrasah  mulai tahun 2010 telah melaksanakan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) sekali lagi ini juga memerlukan biaya yang banyak......
Sekarang Pertanyaan besarnya adalah BERAPA BESARNYA BANTUAN PEMERINTAH YANG AKAN DIBERIKAN KEPADA SISWA??????????????????????????????????? (BERSIH TANPA POTONGAN)  


Senin, 14 Februari 2011

FORMULA BARU UJIAN NASIONAL

Alhamdulillah ada kabar yang menggembirakan bagi siswa dan orang tua, dengan keluarnya Permindiknas No. 45 tentang Kriteria Kelulusan Ujian nasional dan Permindiknas No. 46 tentang POS Ujian Nasional Tahun 2011, dimana sekarang pemerintah tidak lagi menentukan kriteria kelulusan berdasarkan dari nilai Ujian Nasional. Akan tetapi sekarang memadukan antara ujian nilai raport, ujian sekolah, dan ujian Nasional yang persentasinya adalah Ujian Nasional 60 % dan Ujian sekolah dan nilai raport 40 % yang nantinya jumlah nilai akhirnya minimal 5,50. Sehingga ada 4 kriteria yang harus dipenuhi oleh siswa :
1.         Tuntas semua mata pelajaran (minimal setiap mata pelajaran sama dengan nilai KKM)
2.         Berprilaku baik (Hasil rapat dewan guru)
3.         Lulus Ujian Sekolah/Madrasah
4.         Lulus Ujian Nasional
Dengan demikian akan menjadikan ujian Nasional bukan lagi satu-satunya penentu untuk kelulusan siswa. Oleh karena itu, siswa dituntut harus belajar ekstra. Karena harus memperoleh nilai raport yang tinggi atau minimal sama dengan nilai KKM setiap mata pelajaran, kemudian harus lulus ujian sekolah dan ujian Nasional serta harus berprilaku/berakhlak baik yang di putuskan oleh rapat seluruh dewan guru.
Semoga formula baru ini memberikan perubahan yang positif untuk kemajuan pendidikan di Indonesia....

Sabtu, 05 Februari 2011

Mengatasi Kejang pada Anak karena Panas yang Tinggi

Pengalaman yang tak akan pernah terlupakan dalam hidupku, tepatnya pada suatu subuh... secara tiba-tiba anak kami (Alya : 2 tahun) mengalami panas tinggi kemudian di ikuti oleh kejang seluruh badannya dan tidak sadar.... kejadian tersebut berlangsung kurang lebih 2 - 3 menit, dalam detik-detik itu semuanya sdh kami serahkan kepada Allah SWT karena kejadiannya begitu tiba-tiba dan kami dihadapkan pada kejajian yang tidak pernah kami bayangkan apalagi alami..... Walau sebagai orang tua yang telah dikarunia tiga anak, kami belum pernah menemui kejadian ini kepada dua kakanya, sehingga membuat kepanikan yang luar biasa... hingga saat ini apabila teringat peristiwa itu, seluruh bulu badan ini merinding seraya berdo`a  semoga kejadian itu menjadi kejadian yang pertama dan terakhir kami jumpai... Amin.... 
Kerena pengalaman ini sangat berharga bagi kami, maka dalam coretan sederhana dan tidak beraturan ini saya ingin berbagi kepada para pembaca yang budiman yang mungkin membaca coritan ini... hitung2 menambah wawasan apabila juga menemui (Nauzdu billah) kejadian seperti yang kami alami... 
Untuk Pencegahan :
  • Apabila anak kita demam/panas, segera diminumkan obat Parasetamol (penurun panas)
  • Berikan baju dan celana yang tipis sehingga sirkulasi udara lancar, serta berikan kompres dikepala dengan air hangat
  • Apabila panas tidak turun, segera bawa ke dokter atau klinik terdekat.
Pencegahan Tradisional :
  • Dianjurkan kita untuk memberi minum kopi kepada anak kita...
  • Oleskan seluruh anggota tubuh anak yang sakit panas dgn minyak but-but (minyak herbal)
Pengobatan Tradisional :
  • Apabila kita menemui anak yang kejang, maka (maaf ini agak parno dikit) segera ibu atau bapak si anak memotong rambut kemaluan, kemudian dibakar dan asap dari bakaran tersebut di ciumkan ke hidung anak yang kejang... Insya Allah akan segera sadar.... (telah dibuktikan sendiri oleh penulis) atau,
  • Segara sediakan tempat pembakaran/perapin untuk membakar rumput (kalau dalam bahasa banjar namanya rumput taki) dicampur dengan (maaf) kotoran kucing/berang-berang dan membakarnya didekat anak yang kejang... Insya Allah ( ini juga sudah terbukti dari pengakuan dari beberapa orang tua) atau,
  • Bawa anak ke teras rumah buka baju dan celana anak, kemudian ambilkan debu/pasir ditanah depan rumah dan disapukan diseluruh tubuh anak, Insya Allah... (ini juga telah terbukti dari penuturan seorang teman kepada penulis) atau
  • Apabila anak kita panasnya tidak mau turun, segera oleskan alkohol pada leher, perut, lutut, dan kaki anak yang sakit panas tinggi ini untuk mencegah kejang dan dapat menurun kan panas tinggi.... 
Demikian coretan yang gak beraturan ini, semoga bermanfaat....

Sabtu, 06 November 2010

UN vs UN


UN vs UN
(Antara Ujian Nasional & Ujian Nurani)

Amanah Undang-Undang Dasar 1945 yang diberikan kepada pemerintah saat ini salah satunya adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Ini menandakan bahwa pemerintah harus betul-betul memperhatikan dunia pendidikan di Indonesia, mulai dari peningkatan kesejahteraan guru, peningkatan kompetensi guru, sarana prasarana, menyediakan subsidi bagi siswa kurang mampu dan lain sebagainya.
Pemerintah juga harus merencanakan dan memprogramkan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia secara bertahap dan merata diseluruh Indonesia, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial. Dalam hal ini telah pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dengan menetapkan delapan standar pendidikan di Indonesia. Delapan standar tersebut antara lain; standar proses, standar proses, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.
Sayang meskipun pemerintah telah menganggarkan 20% untuk anggaran pendidikan, tetapi dalam penerapan di lapangan pemerintah sampai saat ini belum mampu menerapkan dan meratakan delapan standar pendidikan diseluruh wilayah di Indonesia. Hanya pada daerah perkotaan yang mampu menerapkan delapan standar pendidikan. Sedangkan di daerah pesedesaan dan pedalaman hal itu hanya menjadi sebuah mimpi disinang hari.
Yang lebih eronis lagi, ternyata dari delapan standar pendidikan yang telah dibuat pemerintah telah menetapkan standar penilaian sebagai standar utama dalam pemerataan standar pendidikan di Indonesia. Tanpa melihat atau mempertimbangkan pemerataan standar pendidikan lainnya. Standar penilaian yang ditetapkan pemerintah adalah dengan membuat standar  minimal kelulusan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Dalam hal ini pemerintah telah menyamakan sekolah yang berada di Jakarta yang secara pisik sarana dan prasarana telah lengkap, guru-guru yang berkompetensi, media pembelajaran yang memadai, ditambah in put siswa yang tinggi.
Sehingga secara logika saja dapatkah standar nilainya disamakan dengan sekolah yang berada di pedalaman Kalimantan, misalnya di Kalimantan Timur; sekolah di Ulu Mahakam dengan sarana dan prasarana yang minim, guru-guru pun dengan kemampuan terbatas, ditambah dengan media pembelajaran yang seadanya. Tentu ini adalah sebuah ketidakadilan dan penzaliman yang telah dilakukan pemerintah.
Apakah dengan dalih pemerintah, untuk mengejar standar pendidikan dunia diamana Indonesia masih tertinggal. Lantas kemudian memaksakan diri untuk menstandarkan nilai dengan mengadakan Ujian Nasioanal dapat diterima secara logika? kalau ya! bagaimana dengan hati nurani?....
Selain ketidakadilan, Ujian Nasional juga telah merubah pola pikir Sekolah/madrasah, guru, orang tua, bahkan siswa. Karena yang dikejar sekarang adalah bagaimana agar dapat lulus pada Ujian Nasioanal (UN) sehingga sekolah berlomba-lomba mengadakan bimbingan belajar sehingga ada asumsi yang menjadikan pelajaran lain selain pelajaran yang diujikan secara Nasional (UN) menjadi tidak penting.
Kemudian diperparah lagi oleh pemerintah daerah yang tidak mau nilai UN di daerahnya anjok karena menyangkut nama baik daerah, maka sekolah-sekolah pun akhirnya diarahkan untuk melakukan kecurangan.
  Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menilai sikap pemerintah yang bersikukuh menerapkan Ujian Nasional sebagai pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM). "Dalam 100 hari SBY-Boediono, ini telah tercatat dan divonis sebagai pelanggar HAM," kata Muhammad Isnur dari LBH Jakarta dalam siaran persnya, Kamis (28/1).
Padahal pada 14 September 2009 lalu, Mahkamah Agung (MA) melalui hakimnya Abbas Said, Mansyur Kartayasa, dan R Imam Harjadi menyatakan menolak kasasi yang diajukan oleh Presiden, Wapres, Mendiknas, dan Ketua BSNP serta memperkuat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Tinggi Jakarta yang menyatakan;
"Para Tergugat (Presiden, Wapres, Mendiknas, dan Ketua BSNP) telah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum dan lalai memberikan pemenuhan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap warga negaranya, khususnya hak atas pendidikan dan Hak atas Anak."
Dalam UU 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manusia, pasal 8 disebutkan bahwa Perlindungan, pemajuan, Penegakkan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia terutama menjadi tanggung jawab pemerintah. Dalam hal ini, kata dia, sudah Jelas Presiden, Wapres, Mendiknas, dan Ketua BSNP merupakan Pemerintah dan telah divonis melakukan Perbuatan Melawan Hukum dalam Hal ini lalai dalam pemenuhan dan Perlindungan HAK Asasi Manusia terhadap warga negaranya, dan juga para Korban Ujian Nasional.
"Pasal 1 poin 6 UU HAM menjelaskan bahwa kesengajaan ataupun kelalaian adalah bentuk pelanggaran HAM, maka dengan jelas atas vonis tersebut Presiden, Wapres, Mendiknas, dan Ketua BSNP telah melanggar HAM dengan kebijakannya selama ini mengadakan Ujian Nasional," tandas aktivis LBH Jakarta.
Yang menjadi miris dan berbahaya, lanjutnya, ketika kebijakan yang selama ini terbukti melanggar HAM masih terus dipaksakan dan diteruskan, di tahun 2010 ini. Dengan masih rendahnya kualitas guru, dengan masih buruknya sarana dan Prasarana Sekolah di berbagai daerah, dengan masih tingginya disparitas akses informasi di berbagai daerah pemerintah tetap akan mengadakan Ujian Nasional, dan akan tetap menjadikannya sebagai syarat kelulusan. "Maka kebijakan ini bukan lagi pelanggaran HAM dalam sebuah bentuk kelalaian, tetapi merupakan sebuah bentuk kesengajaan," kata Muhammad seperti dilansir situs vivanews.
Muhammad menilai pemerintah sengaja membentuk karakter anak bangsa yang lebih cenderung mengedepankan nilai-nilai yang terbukti didapat banyak dengan cara curang dan tidak jujur. Dan pemerintah sengaja melanggar Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, prinsip-prinsip pedagogis, dan pemborosan dana negara.
Ujian Nasional (UN) disinyalir berdampak negatif terhadap moral pihak sekolah, diantaranya malah bisa mendidik guru dan atau kepala sekolah SD, SMP dan SMA untuk tidak jujur atau ‘korupsi’ nilai. Pasalnya, demi gengsi dan mengangkat nama sekolah, pihak sekolah menghalalkan segala cara untuk mengatrol nilai siswa di sekolahnya. UN membuat kompetisi tidak sehat untuk mencapai nilai tinggi guna bersaing atau adu gengsi antar sekolah.
“Disinyalir guru sekolah ‘menyuap’ pengawas luar untuk melonggarkan siswa yang sedang ujian agar bisa saling nyontek supaya nilainya bagus. Bila perlu guru sekolah membantu memberi jawaban soal yang diuji kepada siswanya. Ini semua demi mengangkat grade sekolah,” ungkap pengamat Universitas Nasional (Unas) Tubagus Januar Soemawinata, Rabu (27/1) malam.
Selain itu, lanjut Januar, UN juga mengakibatkan gangguan psikologis dan mental anak. Anak yang pintar di sekolah bisa tidak lulus hanya karena ditentukan oleh nilai satu dua pelajaran saja yang diujikan dalam UN. Sebaliknya, anak yang rata-rata nilai harian mata pelajarannya jelek tetapi nilainya mendadak bisa mencapai standar minimal kelulusan tiga atau empat mata pelajaran yang diujikan di UN, sudah bisa lulus. “Artinya, nilai UN hanya mengejar ranah kogintif, sementara nilai pendidikan moral diabaikan,” paparnya.
Eko Prasetyo, pengamat pendidikan dari pusat studi hak asasi manusia (HAM) Universitas Islam Indonesia (UII), memiliki pandangan senada. Menurut dia, UN tidak menghargai dan melibatkan guru sebagai profesi yang mengetahui kemampuan anak didik. “Guru hanya sebagai pengawas. Bahkan, kerap kali guru menjadi korban ketika beberapa siswanya tidak lulus,“ ujarnya.
Inilah yang menyebabkan timbulnya kecurangan-kecurangan. Seringkali, guru dibebani oleh aparatur pemerintah lain agar meluluskan siswanya. “Saya rasa profesi guru tidak mendapatkan jaminan perlindungan yang memadai dalam proses ujian nasional,” imbuhnya.
 Eko berpendapat, ujian nasional juga tidak menghargai kemampuan siswa. Menurutnya. ada banyak kemampuan siswa yang sebenarnya sudah dipenuhi oleh materi pembelajaran yang ada, namun tidak terangkum dalam ujian nasional. “Hak sebagai peserta didik menurut saya itu jelas tidak dihargai dalam proses ujian nasional,” tandasnya.
 UN juga dinilai sangat membebani siswa. Sebenarnya banyak upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan nilai siswa, atau mendorong siswa lulus. “Misalnya ikut bimbingan belajar, ikut banyak les, itu tindakan-tindakan yang manipulatif dan memeberikan beban biaya tambahan,” contohnya.
Sebaiknya sistem pendidikan yang ada sekarang ini diubah menjadi sistem yang lebih baik. Saat ini pemerintah menetapkan nilai yang cukup tinggi untuk dapat lulus dari Ujian Akhir Nasional / UAN baik di tingkat SD, SMP maupun SMA. Untuk dapat lulus setiap siswa diwajibkan untuk mendapatkan nilai 4,25 pada masing-masing mata pelajaran yang diujikan.
Jika pemerintah terus melakukan teror kepada para siswa sekolah dengan mewajibkan setiap siswa menjadi manusia yang sempurna maka akan ada efek samping yang cukup mengerikan, yaitu :
1. Para siswa akan berorientasi pada nilai sehingga ilmu tidaklah berarti bagi mereka. Yang mereka pelajari justru bagaimana cara menjawab soal-soal ujian yang diberikan dengan waktu secepat mungkin dan benar. Setelah ujian selesai maka ilmu yang seharusnya dikuasai siswa tidak dipelajari para siswa.
2. Meningkatkan stres di kalangan siswa sekolah menjelang ujian nasional / UN dilaksanakan. Rasa takut tidak lulus dan malu karena harus mengulang setahun untuk mendapat kesempatan untuk lulus kembali. Terlebih lagi jika orangtua pelajar tidak mampu.
3. Tindak kecurangan akan lebih sering kita jumpai baik dari pihak sekolah yang membantu para murid agar bisa lulus dengan membuatkan contekan jawaban serta dari siswa itu sendiri yang mencontek atau menggunakan kunci jawaban agar bisa lulus ujian dan kemudian melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
4. Orang yang jenius di banyak bidang studi namun lemah di satu bidang studi tidak bisa lulus ujian nasional. Dengan begitu hanya manusia sempurna saja dan curang yang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
5. Menimbulkan ketidakpercayaan terhadap sistem pendidikan di Indonesia sehingga akan banyak orang yang putus sekolah dan berusaha mencari uang dengan bekerja atau berwiraswasta. Anak muda akan lebih gemar belajar mencari uang daripada belajar di sekolah karena orang yang lemah di satu mata pelajaran tidak akan pernah bisa lulus ujian nasional. Orang-orang muda akan lebih suka belajar hanya dari program kejar paket daripada sekolah bertahun-tahun setipa hari untuk mendapatkan ijazah di level yang sama.
Dari beberapa hal di atas, sangatlah jelas terlihat bahwa antara nilai positif pelaksanaan Ujian Nasional dibandingkan dengan dampak negatifnya Ujian Nasional sangat jauh berbeda. Hal ini menjadi PR bagi seluruh insan pendidikan di Indonesia, yang harus segera memikirkan dan membuat sebuah tindakan untuk menyelamatkan nasib generasi bangsa di masa yang akan dating.
Dalam Al-Qur`an Surah Ar Ra’d Ayat 11 Allah telah berfirman sebagai berikut:إِنَّ الله لاَيُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ ماَ بِأَنِفُسِهِمْ  “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah sendiri keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Selanjutnya pendidikan di Indonesia mau dibawa kemana???




Referensi Web :

1.  Judul               :    Ujian Nasional Dinilai Melanggar HAM
                             Alamat            :    http://www.jakartapress.com/www.php/news/id/11217/Ujian-Nasional-Dinilai-Melanggar-HAM.jp

Penulis             :    www.jakartapress.com
Waktu Akses   :    31 Oktober 2010/24.00WITA

2.  Judul               :    Ujian Nasional, Kelalaian Memenuhi Hak atas Pendidikan


Penulis            :    www.hukumonline.com
Waktu Akses   :    30 Oktober 2010/23.00WITA

3.  Judul               :    Efek Dampak Buruk Standar Nilai Ujian Nasional UN Tinggi Demi Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia

     Alamat            :    http://organisasi.org/efek-dampak-buruk-standar-nilai-ujian-nasional-un-tinggi-demi-peningkatan-kualitas-pendidikan-indonesia
     Penulis            :    http://organisasi.org
Waktu Akses   :    1 Nopember  2010/00.30WITA


4.  Judul               :  Al-Qur`an, Surah Ar-Ra`d, ayat 11